Agung Sedayu …
Diceritakan sebagai adik dari Untara, tokoh utama
Pasukan Pajang yang berjuang melawan sisa pengikut Arya Penangsang yang
bergerilya. Ayahnya adalah salah seorang Tokoh Olah Kanuragan yang sepuh, masih
dikenal baik Gurunya Kiai Gringsing dan dari aliran baik-baik. Ilmu ayahnya
diwarisi tidak matang oleh Pamannya Widura (Adik ibunya) dan oleh Untara, dan
Ilmu lengkap ayahnya justru ditemukannya secara tidak sengaja ketika untuk
pertama kalinya Pati Geni memperdalam ilmunya di gua dekat kampungnya, Jati
Anom.
Agung Sedayu … digambarkan sebagai seorang pemuda
yang sangat penakut, bukannya pengecut. Karena bahkan melewati sebuah pohon
raksasa di malam haripun dia tidak berani. Karena terlalu dimanjakan ibunya,
Sedayu berubah menjadi penakut, apalagi dia selalu berlindung di bawah ketiak
kakaknya yang sangat kuat dan jantan serta berilmu. Boleh dikata, pembaca jadi sangat
mengenal bahkan dari dekat tokoh bernama Agung Sedayu ini, karena moment
kepenakutannya diceritakan detail lengkap dengan persaingannya dengan Sidanti,
baik dalam Olah Kanuragan (terminologi lokal yang cocok pengganti ilmu silat)
maupun kelak dalam cinta. Meskipun penakut, Agung Sedayu memiliki kemampuan
lain yang diatas rata-rata: Membidik tepat, baik melalui lemparan maupun
memanah yang tidak pernah gagal, serta mampu mengukirkan apa yang dia baca
dalam hatinya hingga tidak terlupakannya.
Proses Agung Sedayu menemukan dirinya, mengatasi kepenakutannya demikian juga prosesnya
menempa diri, dari mulai diambil sebagai guru oleh Kiai Gringsing, tokoh utama
lain cerita ini, sampai memasuki penempaan mendalam, baru Kiai Gringsing
mempercayakan Kitab Rahasianya untuk didalami oleh Agung Sedayu dan Swandaru
adik seperguruannya. Itupun setelah Agung Sedayu memperdalam diri dengan
menyempurnakan ilmu ayahnya dan mendalami Kitab Rahasia gurunya yang dari hanya mampu memainkan ilmu gerak yang biasa, hingga kemudian mampu memainkan cambuk
sebagai senjata utama, sungguh banyak episode yang dilewati dengan
menggunakan ilmu-ilmu itu. Dalam mana, penjahat-penjahat sakti semacam Tambak
Wedi menjadi lawan guru mereka. Nampaknya Kiai
Gringsing mulai memberi kesempatan Agung Sedayu untuk mulai menggantikan
tempatnya, dan puncaknya ketika bentrok dengan sesama
tokoh sepuh yang sudah dinyatakan punah melalui benturan ilmu-ilmu ampuh yang
dinyatakan lenyap, milik Eyang Windunata yang merupakan garis vertikal
keturunan prabu terakhir Majapahit. Eyang tersebut adalah kakek langsung Kiai
Gringsing yang bersahaja, bahkan salah satu gurunya yang mewariskan ilmu-ilmu
ampuh dan menyeramkan.
Agung Sedayu: Ilmu Kesaktian–Kanuragan
SH Mintardja dengan cerdik menggunakan terminologi
“Olah Kanuragan” atau Ilmu Kanuragan sebagai ganti Ilmu SIlat. Bahkan dia tidak
menyebutnya Pencak atau Pencak SIlat. Tenaga dalampun dinamainya TENAGA
CADANGAN, dan semedi dinamakannya MESU DIRI atau PATI GENI. Dalam proses ini,
Agung Sedayu memulai Olah Kanuragan dengan diajak dan dipermainkan gurunya. Dia
dilatih untuk menghilangkan rasa penakutnya yang meskipun hilang akhirnya,
tetapi kelembutannya dan ketidaktegasannya menghadapi dan menghukum orang jahat
tidak pernah lepas.
Tetapi, kehebatan dan bakatnya melalui kemampuan
mengingat dan menanamkan dalam hati, membuatnya meski tidak banyak berlatih,
ternyata menyerap semua ilmu yang juga dikuasai Untara kakaknya. Mengapa?
karena ilmu ayahnya ternyata di catatnya di daun lontar, dan ketika Kiai
Gringsing dan Widura melatihnya, tidak lama waktu yang dibutuhkannya untuk
mematangkan dirinya. Selama 70 jilid, Agung Sedayu dan Swandaru mengikuti
gurunya Kiai Gringsing untuk memperdalam ilmu dengan mengembara hingga ke
Menoreh dan bahkan singgah ke Mataram.
Ilmu Kanuragan Agung Sedayu masih sederhana dan belum mendalam, perbedaannya
dengan Swandaru juga maih belum seberapa.
Tetapi, ketika konflik mulai memuncak, pertarungan
Mataram dan Pajang mulai terjadi, Kiai Gringsing menuntun Agung Sedayu dan
Swandaru untuk meningkatkan Ilmu Kanuragan mereka. Agung Sedayu memilih jalur
dalam sementara Swandaru memilih jalur keras atau kulit dengan mengandalkan
fisik. Agung Sedayu melakukan Mesu Diri untuk mematangkan ilmunya dan
memperdalam kemampuan membidiknya serta menemukan Ilmu yang bisa memusnahkan
orang dan benda melalui sinar matanya. Perbedaan kemampuan Swandaru dan AGung
Sedayu mulai melebar. Uniknya, Swandaru tidak menyadarinya dan selalu merasa
sudah melampaui kemampuan kanuragan kakak seperguruannya, Agung Sedayu.
JALAN SIMPANG. Swandaru selalu menilai diri
terlalu tinggi karena Agung Sedayu selalu terluka melawan tokoh-tokoh sakti
yang mulai rajin bermunculan. Padahal, melawan tokoh-tokoh
ini justru semakin mematangkan Agung Sedayu. Ilmunya meningkat pesat, dan
memperoleh pengasihan dari Guru keduanya yang meminjamkan kitabnya dan juga
petunjuk Pangeran Benawa dan Raden Sutawidjaya dalam meningkatkan Ilmu.
Dari Guru keduanya, Agung Sedayu mampu mengolah dan
memperoleh Ilmu Kebal yang luar biasa, mampu mengeluarkan panas membakar dalam
puncak Ilmu Kebalnya itu. Mampu bergerak cepat dan melayang-layang secara tidak
masuk akal (ini mungkin ginkang) dan mampu menghadapi ilmu sihir atau santet,
bahkan belakangan mampu menemukan ilmu Kakang Pembarep Adi Wuragil dengan
memecah diri menjadi 3 seperti Kiai Juru Mentani. Selebihnya, diapun melatih
ilmu-ilmu mendengar dari jarak jauh, menyerap bunyi dan mempertajam panggraita
atau intuisi dan perasaan. Dari Kiai Gringsing, dia memperoleh ilmu Cambuk yang
luar biasa yang mampu menembus Ilmu Kebal dengan lecutan-lecutannya. Bahkan
meski tidak diceritakan, sebagai murid terkasih Kiai Gringsing dia juga
mewarisi Ilmu Ilmu yang nyaris punah, yakni Ilmu Melepas Awan Pekat, Gelap
Ngampar dan Mempengaruhi Indra lawan melalui penciuman, Ilmu yang dimiliki
Sesepuh Majapahit. Selain itu, dia juga kebal racun setelah diberi petunjuk
oleh Pangeran Benawa, tokoh muda sakti selain Sutawidjaya. Keduanya,
Sutawidjaya dan Benawa dianggap tokoh muda tersakti pada masa cerita ini,
meskipun perkembangan Agung Sedayu juga dipantau keduanya dengan cermat.
Puncak cerita dan menariknya cerita ini, ketika
Swandaru yang suka meledak-ledak, emosional dan merasa dari kalangan atas,
merasa sudah melampaui kehebatan kakak seperguruannya. Dalam pertarungan yang
mengakhiri episode Jalan Simpang, Agung Sedayu mengajarkan bagaimana kematangan
dan kedalaman mengalahkan Swandaru yang mengandalkan tenaga fisiknya. Dalam
perkelahian yang disadari betul oleh adik Swandaru, Sekar Mirah dan Istri
Swandaru, Pandanwangi, bahwa Swandaru kalah jauh oleh Agung Sedayu karena
berkali-kali mereka menyaksikan bagaimana Agung Sedayu berkembang menjadi
raksasa Olah Kanuragan, Swandaru telak dikalahkan. Bahkan Sekar Mirah, yang
akhirnya menjadi istri Agung Sedayu pun, baru menyadari betapa suaminya jauh
meninggalkannya dengan Swandaru, ketika melihat suaminya nyaris mati menandingi
dan mengalahkan Panglima Sakti dari Pajang dalam sebuah perang tanding yang
disaksikan banyak tokoh utama.
Untuk membuka mata Swandaru, Agung Sedayu
mempergunakan semua Ilmunya, baik Kakang Pembarep Adi Wuragil, Ilmu Kebal, Ilmu
Pandang Mata, dan Lecutan Berat yang tidak terdengar telinga biasa tapi telinga
batin yang menyakitkan. Semua ilmu kanuragan andalannya dikeluarkan dan membuat
Swandaru akhirnya sadar dan terperangah.
Episode seudahnya adalah episode pengembaraan Glagah
Putih, adik sepupu Agung Sedayu sekaligus muridnya. Sementara Agung Sedayu
menempah istrinya dan juga menempa dirinya dengan kitab gurunya, Kiai Gringsing.
SERI >>>>>> 1 (100 Jilid)
SERI
>>>>>> 2 (100 Jilid)
SERI
>>>>>> 3 (100 Jilid)
SERI
>>>>>> 4 (96 Jilid)